Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

Curhatan Lady Gaga Saat Masa Kelam nya Dulu, Dicampakan Setelah di Perkosa dan Hamil di Usia 19

Jakarta - Penyanyi Lady Gaga menjadi salah satu tokoh yang tampil dalam acara docuseries Pangeran Harry dan Oprah Winfrey yang tayang di Apple TV+. Dia bercerita tentang perjuangannya melawan mental disease. Crazy mengungkapkan bahwa dia sempat mengalami kekerasan seksual di usia 19 tahun. Pelantun Rain On Me itu diperkosa dan hamil, kemudian dicampakkan oleh seorang produser musik. "Saat itu aku sudah mulai bekerja, dan seorang produser berkata padaku, 'Lepas bajumu," kata Gaga mengingat pengalaman buruk itu. "Aku menolaknya, dan berkata tidak. Kemudian aku pergi, dan mereka mengancam akan membakar semua musikku. Mereka tidak berhenti meminta itu dan aku hanya terdiam kaku," ujarnya lagi. Pemilik nama lengkap Stefani Joanne Angelina Germanotta itu tidak mengungkap identitas produser musik tersebut dengan alasan tak mau lagi berurusan dengannya. Gaga mengungkapkan perjuangannya bertahun-tahun melawan rasa traumatis dan mental disease. "Awalnya aku merasakan

Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh AS menghina martabat pemimpin tertinggi Korut Kafena Kritik Soal HAM

Jakarta -  Korea Utara mengecam Amerika Serikat dan sekutunya Korea Selatan, dalam serangkaian pernyataan yang mengatakan bahwa pernyataan Presiden AS Joe Biden baru-baru ini menunjukkan kebijakan permusuhan. Dalam satu pernyataan yang dimuat di kantor berita KCNA, Minggu, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh AS menghina martabat pemimpin tertinggi Korut dengan mengkritik situasi hak asasi manusia di negara itu. Kritik hak asasi manusia adalah provokasi yang menunjukkan AS "bersiap untuk pertarungan habis-habisan" dengan Korea Utara, kata juru bicara yang tidak disebutkan namanya. Dalam pernyataan terpisah, direktur jenderal urusan AS pada Kemlu Korea Utara Kwon Jong Gun mengutip kebijakan yang disampaikan Biden di hadapan Kongres AS, saat presiden baru AS itu mengatakan program nuklir di Korea Utara dan Iran menimbulkan ancaman yang akan ditangani melalui "diplomasi dan pencegahan yang tegas." Kwon mengatakan pernyataan itu tidak masuk akal dan merupakan pel